Minggu, 06 Januari 2013

PERTEMUAN 10

ROUTING STATICK

static routing adalah salah satu cara untuk membuat table routing secara manual. Static routing ini berguna untuk jaringan sederhana yg menggunakan beberapa router dan juga untuk menghemat penggunaan bandwidth.

cara membuat static routing Dalam Cisco Router, static routing secara default sudah dalam posisi enable, jadi jika ingin membuat IP static routing cukup dengan mengetikkan perintah :Router(config)#ip route <network destination id> <subnet mask> <default gateway> <administrative distance>

network destination id adalah alamat jaringan yg dituju
subnet mask adalah subnet mask dari jaringan yg dituju
default gatewayadalah IP address Gateway, biasanya IP address router yg berhubungan langsung.
administrative distanceadalah nilai 0-255 yg diberikan pada routing. Bertambah rendah nilai yg diberikan bertambah tinggi kegunaannya. Jika tidak diberikan, nilai default akan dipakai. Nilai default untuk directly connected (C) =0 dan statically connected (S) =1.
Contoh : Router0(config)# ip route 192.168.12.0 255.255.255.0 202.200.100.2
Study kasus, terdapat 3 router yg menghubungkan 4 IP Network yg berbeda, dimana masing-2x pc client harus dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Gimana configurasi didalamnya ?? supaya semua pc bs terhubung satu dengan lainnya ???

 

Routing

Seperti yang kita ketahui klo jaringan adalah tehnologi komunikasi yang sangat tangguh, bayangkan jika jaringan itu tak ada, mungkin kita tidak akan berhubungan dengan yang lain semudah sekarang ini. Walaupun klo kita ngomongin jaringan itu sangat luas, yang positif ya jaringan telpon, jaringan komputer dan lain-lain, yang negatifnya ya jaringan mafia, jaringan penjualan wanita dan anak-anak dan sebagainya. Tetapi kita tidak membahas tentang jaringan ini, Cuma yang akan kita bahas tentang protocol jaringan komputer yaitu protocol routing, yang mana di gunakan untuk menghubungin antara dua atau lebih jaringan komputer. Di dalam jaringan, sebuah komputer bisa berhubungan dengan yang lainnya jika mereka berada pada network yang sama. Sebuah komputer yang mempunya ip 192.168.1.1/26 gak akan bisa berkomunikasi dengan komputer yang mempunya ip 192.168.1.68/26 karena mereka mempunyai network yang berbeda. Tatapi yang di atas itu bukanlah hal mutlak, jaringan A bisa saja berhubungan dengan jaringan B jika kita memasang router di antara nya, mesin router ini akan merouting mereka sehingga bisa berkomunikasi. Tapi apakah routing itu sendiri?, saya coba menanyakan maksud routing ini sendiri ama mbah wiki dan menurutnya, routing itu adalah proses pemilihan path(jalan) pada sebuah network untuk mengirimkan trafik fisik atau data. Jadi dia melewati secara langsung alamat paket dari sumbernya ke tujuan dengan melalui node-node. Static Routing,

Static routing yaitu proses pemilihan path ke jaringan lain dari jaringan kita secara manual. Pada jaringan bersekala kecil sangat effektif menggunakan cara ini, tapi jika pada jaringan bersekala besar akan sangat merepotkan, tapi bukan berarti tidak bisa, Cuma sangat merepotan aja. Bentuk perintah dari static routing sendiri seperti di bawah ini, route network/ip tujuan subnet gateway jika kita ingin komputer A yang mempunyai ip 192.168.1.4/26 dan default gateway 192.168.1.1 untuk berkomunikasi dengan komputer B yang mempunyai ip 192.168.5.68/26 dan gateway-nya 192.168.5.65, tapi sebagai catatan perintah yang akan kita jalankan di bawah ini adalah bayangan, jika anda memakainya anda harus menggunaan yang sesui dengan mesin anda, kira-kira beginilah contoh perintah static routing, yang mana akan kita tulikan pada gateway-nya komputer A: ip route 192.168.5.64 255.255.255 192 .168.1.1 lalukan hal yang sama pada gateway-nya komputer B, dengan mengetikan command ip route 192.168.1.0 255.255.255.192 192.168.5.65 sekarang anda coba ping dari komputer A ke komputer B, dengan perintah : ping 192.168.5.68 jika anda mendapatkan hasil seperti ini, berarti anda berhasil: Pinging 192.168.5.1 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.5.1: bytes=32 time=1ms TTL=64 Reply from 192.168.5.1: bytes=32 time=1ms TTL=64 Reply from 192.168.5.1: bytes=32 time=1ms TTL=64 Berarti anda telah berhasil menjalankan static routing. Dinamik routing, Di atas kita telah mambahas tentang static routing, sekarang kita akan membahas tentang dinamik routing.
Sekarang ada banyak sekali protocol dinamik routing yang di pakai di jaringan, contohnya seperti rip, ripv2, bgp, ospf dan lain-lain. Sekarang kita akan membahas dinamik routing yang menggunakan protocol RIP. Sama dengan contoh di atas, tetapi sekarang kita akan meroutingnya dengan menggunakan RIP. Pertama yang perlu anda lalukan adalah menentukan pada mesin untuk menggunakan protocol rip. Setelah itu anda tinggal menentukan ke network-network sehingga mesin anda bisa menentukan table routingnya. Karena kita menggunakan sample di atas jadi pada gateway komputer A anda jalankan perintah ini : Ip router protocol RIP Lalu ketikan Network 192.168.5.65 255.255.255.192 192.168.1.1 Pada gateway komputer B, Ip router protocol RIP Enter Network 92.168.1.0 255.255.255.192 192.168.5.65 Lalu coba check menggunakan fitur ping, untuk mengetahui apakah anda telah melakukannya dengan benar. Sebenarnya saya juga ingin membahas protokol routing ospf tapi saya dah lupa, jarang di pake sih, ya mo gimana kita Cuma mengurus jaringan kecil *sedih* Untuk protokol jaringan lainnya akan kita bahas setelah saya mengerti tentang mereka, ok?

Latihan Routing Static
Dari => Router => Switch => PC
A:     Router0
serial0/1     = 10.1.1.1
Fa0/1        = 192.168.1.1/24
IP PC        = 192.168.1.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
Added in Fa0/1        => IP-add     : 192.168.1.1
=> Netmask     : 255.255.255.0
Added in Serial0/1    => IP-add    : 10.1.1.1
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252

B:     Router1
serial0/1     = 10.1.1.2
serial1/1    = 10.1.1.5
Fa0/1        = 192.168.2.1/24
IP PC        = 192.168.2.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.1
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.6
Added in Fa0/1        => IP-add     : 192.168.2.1
=> Netmask     : 255.255.255.0
Added in Serial0/1    => IP-add    : 10.1.1.2
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252
Added in Serial1/1    => IP-add    : 10.1.1.5
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252

C:     Router2
serial0/1     = 10.1.1.6
serial1/1    = 10.1.1.9
Fa0/1        = 192.168.3.1/24
IP PC        = 192.168.3.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.10
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.10
Added in Fa0/1        => IP-add     : 192.168.3.1
=> Netmask     : 255.255.255.0
Added in Serial0/1    => IP-add    : 10.1.1.6
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252
Added in Serial1/1    => IP-add    : 10.1.1.9
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252
D:     Router3
serial0/1     = 10.1.1.10
serial1/1    = 10.1.1.13
Fa0/1        = 192.168.4.1/24
IP PC        = 192.168.4.2./24
               Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.14
              Added in Fa0/1        => IP-add     : 192.168.4.1
=> Netmask     : 255.255.255.0
              Added in Serial0/1    => IP-add    : 10.1.1.10
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252
              Added in Serial1/1    => IP-add    : 10.1.1.13
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252

E:     Router4
serial0/1     = 10.1.1.14
Fa0/1        = 192.168.5.1/24
IP PC        = 192.168.5.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.13
Added in Fa0/1        => IP-add     : 192.168.5.1
=> Netmask     : 255.255.255.0
Added in Serial0/1    => IP-add    : 10.1.1.14
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252

Routing Static, merupakan pembuatan tabel routing secara manual. Routing static ini berguna untuk jaringan sederhana yang mana hanya menggunakan beberapa buah router saja dan berguna untuk penghematan penggunaan bandwidth. Secara manual maksudnya adalah jika sobat sebagai administrator jaringan, mengetikkan perintah-perintah tertentu untuk membuat IP static routing sebagai contoh misalkan saya ketikkan perintah berikut :
router(config)#ip route network_destination_id subnet_mask default_gateway [administrative_distance]

Berikut keterangan perintah yang saya buat diatas :

·         network_destination_id adalah alamat jaringan yang dituju
·         subnet_mask adalah subnet mask jaringan yang dituju.
·         default_gateway adalah IP address gateway, biasanya address router yang berhubungan langsung.
·         administrative_distance adalah nilai 0-255 yang diberikan pada routing. Bertambah rendah nilai yang diberikan maka bertambah tinggi kegunaannya. Jika nilai tidak diberikan maka nilai default akan digunakan. Nilai default untuk directly connected (C) = 0 dan statically connected (S) = 1.

          Cara membuat routing static untuk Router 1 dengan network destination ID 192.168.20.0 dan subnet mask-nya 255.255.255.0 yaitu dengan mengetikkan perintah seperti contoh diatas :

router1(config)#ip route 192.168.20.0 255.255.255.0 192.168.10.11

Routing Dynamic, menggunakan protokol routing yang membuat tabel routing secara otomatis jika topologi jaringan berubah-ubah. Routing dynamic secara umum dapat dibagi dalam dua kategori. Distance vector dan Link state routing protocol, yang masing-masing terdiri dari bermacam-macam routing protocol.
RIP (Routing Information Protocol) merupakan protocol paling sederhana yang termasuk jenis distance vector. RIP menggunakan jumlah lompatan (hop count) sebagai metric dengan 15 hop maksimum. Jadi hop count yang ke-16 tidak dapat tercapai dan router akan memberikan error message "destination is unreachable" (tujuan tidak tercapai). Daftar tabel routing protokol RIP di-update setiap 30 detik, sedangkan default administrative distance untuk RIP yaitu 120.
Untuk menerapkan RIP pada router, berikut perintahnya :
router(config)#router rip
Untuk menerapkan RIP tersebut ke suatu network address, berikut perintahnya :
router(config-router)#network network_id

      Cara mengkonfigurasikan RIP untuk Router 1 sebagai brikut :
router1(config)#ip routing
router1(config)#router rip
router1(config-router)#network 215.10.20.0
router1(config-router)#network 215.10.10.0
router1(config-router)#exit
router1#write mem

Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP paket berdasarkan pada IP address tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia mencocokkan IP address tujuan dengan routing table dengan harapan menemukan kecocokan entry – suatu entry yang menyatakan kepada router kemana paket selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada kecocokan entry yang ada dalam routing table, dan tidak ada default route, maka router tersebut akan membuang paket tersebut. Untuk itu adalah sangat penting untuk mempunyai isian routing table yang tepat dan benar.
Static route terdiri dari command-command konfigurasi sendiri-sendiri untuk setiap route kepada router. sebuah router hanya akan meneruskan paket hanya kepada subnet-subnet yang ada pada routing table. Sebuah router selalu mengetahui route yang bersentuhan langsung kepada nya – keluar interface dari router yang mempunyai status “up and up” pada line interface dan protocolnya. Dengan menambahkan static route, sebuah router dapat diberitahukan kemana harus meneruskan paket-paket kepada subnet-subnet yang tidak bersentuhan langsung kepadanya.
Gambar berikut adalah contoh diagram agar memudahkan kita memahami bagaimana kita harus memberikan konfigurasi static route kepada router. Pada contoh berikut ini dua buah ping dilakukan untuk melakukan test connectivity IP dari Sydney router kepada router Perth.


             Router Sydney melakukan beberapa EXEC command dengan hanya kepada router-router yang terhubung langsung kepadanya.
Sydney#show ip route
Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP
D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area
N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2
E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP
i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area
* – candidate default, U – per-user static route, o – ODR
P – periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
10.0.0.0/24 is subnetted, 3 subnets
C 10.20.1.0 is directly connected, Ethernet0
C 10.20.130.0 is directly connected, Serial1
C 10.20.128.0 is directly connected, Serial0
Sydney#ping 10.20.128.252
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.128.252, timeout is 2 seconds:
!!!!!
Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/avg/max = 4/4/8 ms
Sydney#ping 10.20.2.252
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.2.252, timeout is 2 seconds:
…..
Success rate is 0 percent (0/5)



Command ping mengirim paket pertama dan menunggu response. Jika diterima adanya respon, maka command menampilkan suatu karakter “!”. Jika tidak ada response diterima selama default time-out 2 seconds, maka command ping menampilkan response suatu karakter “.”. secara default router Cisco dengan command ping menampilkan 5 paket.
      Pada contoh diagram diatas, command ping 10.20.128.252 adalah jalan bagus, akan tetapi untuk command ping 10.20.2.252 justru tidak jalan. Command ping pertama berjalan OK karena router Sydney mempunyai suatu route kepada subnet dimana 10.20.128.252 berada (pada subnet 10.20.128.0). akan tetapi, command ping 10.20.2.252 tidak jalan karena subnet dimana 10.20.2.252 berada (subnet 10.20.2.0) tidak terhubung langsung kepada router Sydney, jadi router Sydney tidak mempunyai suatu route pada subnet tersebut.
        Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu di-enabled pada ketiga router dengan routing protocols. Untuk konfigurasi sederhana seperti contoh diagram diatas, penggunaan route static adalah suatu solusi yang memadai.
Maka untuk router Sydney harus diberikan konfigurasi static route seperti berikut ini:
Ip route 10.20.2.0 255.255.255.9 10.20.128.252
Ip route 10.20.3.0 255.255.255.0 10.20.130.253
         Pada command ip route haruslah diberikan nomor subnet dan juga IP address hop (router) berikutnya. Satu command ip route mendefinisikan suatu route kepada subnet 10.20.2.0 (mask 255.255.255.0), dimana berlokasi jauh di router Perth, sehingga IP address pada hop berikutnya pada router Sydney adalah 10.20.128.252, yang merupakan IP address serial0 dari router Perth. Serupa dengannya, suatu route kepada 10.20.3.0 yang merupakan subnet pada router Darwin, mengarah pada serial0 pada router Darwin yaitu 10.20.130.253. Ingat bahwa IP address pada hop berikutnya adalah IP address pada subnet yang terhubung langsung – dimana tujuannya adalah mengirim paket pada router berikutnya. Sekarang router Sydney sudah bisa meneruskan paket kepada kedua subnet di luar router tersebut (yang tidak bersentuhan pada router Sydney).
          melakukan konfigurasi static route dengan dua cara yang berbeda. Dengan serial link point-to-point,  juga bisa melakukan konfigurasi kepada interface outgoing ketimbang pada IP address router pada hop berikutnya.
Misalkan mengganti ip route diatas dengan command yang sama yaitu ip route 10.20.2.0 255.255.255.0 serial0 pada router pertama pada contoh diatas.
        Kita sudah memberikan konfigurasi pada router Sydney dengan menambahkan static route, sayangnya hal ini juga belum menyelesaikan masalah. Konfigurasi static route pada router Sydney hanya membantu router tersebut agar bisa meneruskan paket pada subnet berikutnya, akan tetapi kedua router lainnya tidak mempunyai informasi routing untuk mengirim paket balik kepada router Sydney.
Misalkan saja, sebuah PC Jhonny tidak dapat melakukan ping ke PC Robert pada jaringan ini. Masalahnya adalah walaupun router Sydney mempunyai route ke subnet 10.20.2.0 dimana Robert berada, akan tetapi router Perth tidak mempunyai route kepada 10.20.1.0 dimana Jhonny berada. Permintaan ping berjalan dari PC Jhonny kepada Robert dengan baik, akan tetapi PC Robert tidak bisa merespon balik oleh router Perth kepada router Sydney ke Jhonny, sehingga dikatakan respon ping gagal.


Keuntungan static route:
·   Static route lebih aman disbanding dynamic route
·   Static route kebal dari segala usaha hacker untuk men-spoof paket dynamic routing protocols dengan maksud melakukan configure router untuk tujuan membajak traffic.

Kerugian:
·   Administrasinya adalah cukup rumit disbanding dynamic routing khususnya jika terdiri dari banyak router yang perlu dikonfigure secara manual.
·   Rentan terhadap kesalahan saat entry data static route dengan cara manual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar