ROUTING STATICK
static routing adalah salah satu cara untuk membuat table routing secara manual. Static routing ini berguna untuk jaringan sederhana yg menggunakan beberapa router dan juga untuk menghemat penggunaan bandwidth.
cara membuat static routing Dalam Cisco Router, static routing secara default sudah dalam posisi enable, jadi jika ingin membuat IP static routing cukup dengan mengetikkan perintah :Router(config)#ip route <network destination id> <subnet mask> <default gateway> <administrative distance>
network destination id adalah alamat jaringan yg dituju
default gatewayadalah IP address Gateway, biasanya IP address router yg berhubungan langsung.
administrative distanceadalah nilai 0-255 yg diberikan pada routing. Bertambah rendah nilai yg diberikan bertambah tinggi kegunaannya. Jika tidak diberikan, nilai default akan dipakai. Nilai default untuk directly connected (C) =0 dan statically connected (S) =1.
Contoh : Router0(config)# ip route 192.168.12.0 255.255.255.0 202.200.100.2
Study kasus, terdapat 3 router
yg menghubungkan 4 IP Network yg berbeda, dimana masing-2x pc client
harus dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Gimana configurasi
didalamnya ?? supaya semua pc bs terhubung satu dengan lainnya ???
Routing
Seperti
yang kita ketahui klo jaringan adalah tehnologi komunikasi yang sangat
tangguh, bayangkan jika jaringan itu tak ada, mungkin kita tidak akan
berhubungan dengan yang lain semudah sekarang ini. Walaupun klo kita
ngomongin jaringan itu sangat luas, yang positif ya jaringan telpon,
jaringan komputer dan lain-lain, yang negatifnya ya jaringan mafia,
jaringan penjualan wanita dan anak-anak dan sebagainya. Tetapi kita
tidak membahas tentang jaringan ini, Cuma yang akan kita bahas tentang
protocol jaringan komputer yaitu protocol routing, yang mana di gunakan
untuk menghubungin antara dua atau lebih jaringan komputer. Di dalam
jaringan, sebuah komputer bisa berhubungan dengan yang lainnya jika
mereka berada pada network yang sama. Sebuah komputer yang mempunya ip
192.168.1.1/26 gak akan bisa berkomunikasi dengan komputer yang mempunya
ip 192.168.1.68/26 karena mereka mempunyai network yang berbeda.
Tatapi yang di atas itu bukanlah hal mutlak, jaringan A bisa saja
berhubungan dengan jaringan B jika kita memasang router di antara nya,
mesin router ini akan merouting mereka sehingga bisa berkomunikasi.
Tapi apakah routing itu sendiri?, saya coba menanyakan maksud routing
ini sendiri ama mbah wiki
dan menurutnya, routing itu adalah proses pemilihan path(jalan) pada
sebuah network untuk mengirimkan trafik fisik atau data. Jadi dia
melewati secara langsung alamat paket dari sumbernya ke tujuan dengan
melalui node-node. Static Routing,
Static
routing yaitu proses pemilihan path ke jaringan lain dari jaringan
kita secara manual. Pada jaringan bersekala kecil sangat effektif
menggunakan cara ini, tapi jika pada jaringan bersekala besar akan
sangat merepotkan, tapi bukan berarti tidak bisa, Cuma sangat merepotan
aja. Bentuk perintah dari static routing sendiri seperti di bawah ini,
route network/ip tujuan subnet gateway jika kita ingin komputer A yang
mempunyai ip 192.168.1.4/26 dan default gateway 192.168.1.1 untuk
berkomunikasi dengan komputer B yang mempunyai ip 192.168.5.68/26 dan
gateway-nya 192.168.5.65, tapi sebagai catatan perintah yang akan kita
jalankan di bawah ini adalah bayangan, jika anda memakainya anda harus
menggunaan yang sesui dengan mesin anda, kira-kira beginilah contoh
perintah static routing, yang mana akan kita tulikan pada gateway-nya
komputer A: ip route 192.168.5.64 255.255.255 192 .168.1.1 lalukan hal
yang sama pada gateway-nya komputer B, dengan mengetikan command ip
route 192.168.1.0 255.255.255.192 192.168.5.65 sekarang anda coba ping
dari komputer A ke komputer B, dengan perintah : ping 192.168.5.68 jika
anda mendapatkan hasil seperti ini, berarti anda berhasil: Pinging
192.168.5.1 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.5.1: bytes=32
time=1ms TTL=64 Reply from 192.168.5.1: bytes=32 time=1ms TTL=64 Reply
from 192.168.5.1: bytes=32 time=1ms TTL=64 Berarti anda telah berhasil
menjalankan static routing. Dinamik routing, Di atas kita telah mambahas
tentang static routing, sekarang kita akan membahas tentang dinamik
routing.
Sekarang
ada banyak sekali protocol dinamik routing yang di pakai di jaringan,
contohnya seperti rip, ripv2, bgp, ospf dan lain-lain. Sekarang kita
akan membahas dinamik routing yang menggunakan protocol RIP. Sama dengan
contoh di atas, tetapi sekarang kita akan meroutingnya dengan
menggunakan RIP. Pertama yang perlu anda lalukan adalah menentukan pada
mesin untuk menggunakan protocol rip. Setelah itu anda tinggal
menentukan ke network-network sehingga mesin anda bisa menentukan table
routingnya. Karena kita menggunakan sample di atas jadi pada gateway
komputer A anda jalankan perintah ini : Ip router protocol RIP Lalu
ketikan Network 192.168.5.65 255.255.255.192 192.168.1.1 Pada gateway
komputer B, Ip router protocol RIP Enter Network 92.168.1.0
255.255.255.192 192.168.5.65 Lalu coba check menggunakan fitur ping,
untuk mengetahui apakah anda telah melakukannya dengan benar. Sebenarnya
saya juga ingin membahas protokol routing ospf tapi saya dah lupa,
jarang di pake sih, ya mo gimana kita Cuma mengurus jaringan kecil
*sedih* Untuk protokol jaringan lainnya akan kita bahas setelah saya
mengerti tentang mereka, ok?
Latihan Routing Static
Dari => Router => Switch => PC
A: Router0
serial0/1 = 10.1.1.1
Fa0/1 = 192.168.1.1/24
IP PC = 192.168.1.2./24
serial0/1 = 10.1.1.1
Fa0/1 = 192.168.1.1/24
IP PC = 192.168.1.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
Added in Routing Static => 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.1.1
=> Netmask : 255.255.255.0
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.1
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
B: Router1
serial0/1 = 10.1.1.2
serial1/1 = 10.1.1.5
Fa0/1 = 192.168.2.1/24
IP PC = 192.168.2.2./24
serial0/1 = 10.1.1.2
serial1/1 = 10.1.1.5
Fa0/1 = 192.168.2.1/24
IP PC = 192.168.2.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.1
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.6
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.1
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.6
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.2.1
=> Netmask : 255.255.255.0
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.2
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Added in Serial1/1 => IP-add : 10.1.1.5
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
C: Router2
serial0/1 = 10.1.1.6
serial1/1 = 10.1.1.9
Fa0/1 = 192.168.3.1/24
IP PC = 192.168.3.2./24
serial0/1 = 10.1.1.6
serial1/1 = 10.1.1.9
Fa0/1 = 192.168.3.1/24
IP PC = 192.168.3.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.10
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.10
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.10
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.10
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.3.1
=> Netmask : 255.255.255.0
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.6
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Added in Serial1/1 => IP-add : 10.1.1.9
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
D: Router3
serial0/1 = 10.1.1.10
serial1/1 = 10.1.1.13
Fa0/1 = 192.168.4.1/24
IP PC = 192.168.4.2./24
serial0/1 = 10.1.1.10
serial1/1 = 10.1.1.13
Fa0/1 = 192.168.4.1/24
IP PC = 192.168.4.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.14
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.14
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.4.1
=> Netmask : 255.255.255.0
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.10
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Added in Serial1/1 => IP-add : 10.1.1.13
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
E: Router4
serial0/1 = 10.1.1.14
Fa0/1 = 192.168.5.1/24
IP PC = 192.168.5.2./24
serial0/1 = 10.1.1.14
Fa0/1 = 192.168.5.1/24
IP PC = 192.168.5.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.13
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.13
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.5.1
=> Netmask : 255.255.255.0
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.14
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Routing Static,
merupakan pembuatan tabel routing secara manual. Routing static ini
berguna untuk jaringan sederhana yang mana hanya menggunakan beberapa
buah router saja dan berguna untuk penghematan penggunaan bandwidth.
Secara manual maksudnya adalah jika sobat sebagai administrator
jaringan, mengetikkan perintah-perintah tertentu untuk membuat IP static
routing sebagai contoh misalkan saya ketikkan perintah berikut :
router(config)#ip route network_destination_id subnet_mask default_gateway [administrative_distance]
Berikut keterangan perintah yang saya buat diatas :
· network_destination_id adalah alamat jaringan yang dituju
· subnet_mask adalah subnet mask jaringan yang dituju.
· default_gateway adalah IP address gateway, biasanya address router yang berhubungan langsung.
· administrative_distance
adalah nilai 0-255 yang diberikan pada routing. Bertambah rendah nilai
yang diberikan maka bertambah tinggi kegunaannya. Jika nilai tidak
diberikan maka nilai default akan digunakan. Nilai default untuk
directly connected (C) = 0 dan statically connected (S) = 1.
Cara membuat routing static untuk Router 1 dengan network destination ID 192.168.20.0 dan subnet mask-nya 255.255.255.0 yaitu dengan mengetikkan perintah seperti contoh diatas :
router1(config)#ip route 192.168.20.0 255.255.255.0 192.168.10.11
Routing Dynamic,
menggunakan protokol routing yang membuat tabel routing secara
otomatis jika topologi jaringan berubah-ubah. Routing dynamic secara
umum dapat dibagi dalam dua kategori. Distance vector dan Link state
routing protocol, yang masing-masing terdiri dari bermacam-macam
routing protocol.
RIP (Routing Information Protocol) merupakan protocol paling sederhana yang termasuk jenis distance vector.
RIP menggunakan jumlah lompatan (hop count) sebagai metric dengan 15
hop maksimum. Jadi hop count yang ke-16 tidak dapat tercapai dan router
akan memberikan error message "destination is unreachable"
(tujuan tidak tercapai). Daftar tabel routing protokol RIP di-update
setiap 30 detik, sedangkan default administrative distance untuk RIP
yaitu 120.
Untuk menerapkan RIP pada router, berikut perintahnya :
router(config)#router rip
Untuk menerapkan RIP tersebut ke suatu network address, berikut perintahnya :
router(config-router)#network network_id
Cara mengkonfigurasikan RIP untuk Router 1 sebagai brikut :
router1(config)#ip routing
router1(config)#router rip
router1(config-router)#network 215.10.20.0
router1(config-router)#network 215.10.10.0
router1(config-router)#exit
router1#write mem
Konsep
dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP paket berdasarkan
pada IP address tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia mencocokkan
IP address tujuan dengan routing table dengan harapan menemukan
kecocokan entry – suatu entry yang menyatakan kepada router kemana paket
selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada kecocokan entry yang ada
dalam routing table, dan tidak ada default route, maka router tersebut
akan membuang paket tersebut. Untuk itu adalah sangat penting untuk
mempunyai isian routing table yang tepat dan benar.
Static
route terdiri dari command-command konfigurasi sendiri-sendiri untuk
setiap route kepada router. sebuah router hanya akan meneruskan paket
hanya kepada subnet-subnet yang ada pada routing table. Sebuah router
selalu mengetahui route yang bersentuhan langsung kepada nya – keluar
interface dari router yang mempunyai status “up and up” pada line
interface dan protocolnya. Dengan menambahkan static route, sebuah
router dapat diberitahukan kemana harus meneruskan paket-paket kepada
subnet-subnet yang tidak bersentuhan langsung kepadanya.
Gambar
berikut adalah contoh diagram agar memudahkan kita memahami bagaimana
kita harus memberikan konfigurasi static route kepada router. Pada
contoh berikut ini dua buah ping dilakukan untuk melakukan test
connectivity IP dari Sydney router kepada router Perth.
Router Sydney melakukan beberapa EXEC command dengan hanya kepada router-router yang terhubung langsung kepadanya.
Sydney#show ip route
Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP
D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area
N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2
E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP
i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area
* – candidate default, U – per-user static route, o – ODR
P – periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
10.0.0.0/24 is subnetted, 3 subnets
C 10.20.1.0 is directly connected, Ethernet0
C 10.20.130.0 is directly connected, Serial1
C 10.20.128.0 is directly connected, Serial0
Sydney#ping 10.20.128.252
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.128.252, timeout is 2 seconds:
!!!!!
Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/avg/max = 4/4/8 ms
Sydney#ping 10.20.2.252
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.2.252, timeout is 2 seconds:
…..
Success rate is 0 percent (0/5)
|
Command
ping mengirim paket pertama dan menunggu response. Jika diterima
adanya respon, maka command menampilkan suatu karakter “!”. Jika tidak
ada response diterima selama default time-out 2 seconds, maka command
ping menampilkan response suatu karakter “.”. secara default router
Cisco dengan command ping menampilkan 5 paket.
Pada contoh diagram diatas, command ping 10.20.128.252 adalah jalan
bagus, akan tetapi untuk command ping 10.20.2.252 justru tidak jalan.
Command ping pertama berjalan OK karena router Sydney mempunyai suatu
route kepada subnet dimana 10.20.128.252 berada (pada subnet
10.20.128.0). akan tetapi, command ping 10.20.2.252 tidak jalan karena
subnet dimana 10.20.2.252 berada (subnet 10.20.2.0) tidak terhubung
langsung kepada router Sydney, jadi router Sydney tidak mempunyai suatu
route pada subnet tersebut.
Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu di-enabled pada ketiga router
dengan routing protocols. Untuk konfigurasi sederhana seperti contoh
diagram diatas, penggunaan route static adalah suatu solusi yang
memadai.
Maka untuk router Sydney harus diberikan konfigurasi static route seperti berikut ini:
Ip route 10.20.2.0 255.255.255.9 10.20.128.252
Ip route 10.20.3.0 255.255.255.0 10.20.130.253
|
Pada command ip route haruslah diberikan nomor subnet dan juga IP
address hop (router) berikutnya. Satu command ip route mendefinisikan
suatu route kepada subnet 10.20.2.0 (mask 255.255.255.0), dimana
berlokasi jauh di router Perth, sehingga IP address pada hop berikutnya
pada router Sydney adalah 10.20.128.252, yang merupakan IP address
serial0 dari router Perth. Serupa dengannya, suatu route kepada
10.20.3.0 yang merupakan subnet pada router Darwin, mengarah pada
serial0 pada router Darwin yaitu 10.20.130.253. Ingat bahwa IP address
pada hop berikutnya adalah IP address pada subnet yang terhubung
langsung – dimana tujuannya adalah mengirim paket pada router
berikutnya. Sekarang router Sydney sudah bisa meneruskan paket kepada
kedua subnet di luar router tersebut (yang tidak bersentuhan pada router
Sydney).
melakukan konfigurasi static route dengan dua cara yang berbeda.
Dengan serial link point-to-point, juga bisa melakukan konfigurasi
kepada interface outgoing ketimbang pada IP address router pada hop
berikutnya.
Misalkan mengganti ip route diatas dengan command yang sama yaitu ip route 10.20.2.0 255.255.255.0 serial0 pada router pertama pada contoh diatas.
Kita sudah memberikan konfigurasi pada router Sydney dengan menambahkan
static route, sayangnya hal ini juga belum menyelesaikan masalah.
Konfigurasi static route pada router Sydney hanya membantu router
tersebut agar bisa meneruskan paket pada subnet berikutnya, akan tetapi
kedua router lainnya tidak mempunyai informasi routing untuk mengirim
paket balik kepada router Sydney.
Misalkan saja, sebuah PC Jhonny tidak dapat melakukan ping
ke PC Robert pada jaringan ini. Masalahnya adalah walaupun router
Sydney mempunyai route ke subnet 10.20.2.0 dimana Robert berada, akan
tetapi router Perth tidak mempunyai route kepada 10.20.1.0 dimana
Jhonny berada. Permintaan ping berjalan dari PC Jhonny kepada Robert
dengan baik, akan tetapi PC Robert tidak bisa merespon balik oleh
router Perth kepada router Sydney ke Jhonny, sehingga dikatakan respon
ping gagal.
Keuntungan static route:
· Static route lebih aman disbanding dynamic route
· Static
route kebal dari segala usaha hacker untuk men-spoof paket dynamic
routing protocols dengan maksud melakukan configure router untuk tujuan
membajak traffic.
Kerugian:
· Administrasinya
adalah cukup rumit disbanding dynamic routing khususnya jika terdiri
dari banyak router yang perlu dikonfigure secara manual.
· Rentan terhadap kesalahan saat entry data static route dengan cara manual
Tidak ada komentar:
Posting Komentar